Minggu, 03 Februari 2013

Menulis Artikel, Kenapa Tidak ?





            Istilah artikel sudah tidak asing lagi bagi mereka yang gemar membaca. Kita dapat meenemukan banyak artikel di media cetak maupun online. Namun, bagi sebagian orang artikel sering disalahartikan. Ada juga mereka yang berminat untuk menulis artikel namun belum tahu bagaimana memulai dan apa saja yang harus diperhatikan. Untuk itu, saya mencoba memberi penjelasan sebagai berikut. 


Pengertian Artikel

            Artikel merupakan salah satu ragam tulisan nonfiksi. Mungkin banyak di antara kita yang mengira bahwa semua berita yang ada di koran adalah artikel. Namun tidak semua tulisan yang ada di koran merupakan artikel. Umumnya, artikel dapat ditulis oleh siapa saja, baik penulis lepas maupun wartawan. Sedangkan berita biasanya hanya ditulis oleh wartawan koran yang bersangkutan.

            Ada banyak definisi mengenai artikel. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), artikel diartikan sebagai karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya. Definisi ini membuat sebagian orang menganggap bahwa semua bentuk tulisan dalam media cetak adalah artikel. Padahal, di dalam media cetak juga terdapat opini, kolom, ataupun editorial (tajuk rencana).

            Longman Pitman Office Dictionary (1989 : 41) mengatakan bahwa artikel adalah sebuah tulisan prosa nonfiksi, berbentuk biasa, dan bagian bebas dari sebuah majalah, koran, dan lain-lain. Sementara menurut Rillan E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969 : 439), artikel adalah karangan tertulis yang penjaganya tak tentu bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Dengan kata lain, artikel juga dapat dikatakan sebagai karangan tertulis nonfiksi yang mengangkat gagasan dan ide berdasarkan referensi, data, atau fakta, yang kemudian dianalisis dan dikomunikasikan dengan gaya bahasa ilmiah populer, lalu ditransformasikan melalui media massa baik cetak maupun daring (dalam jaringan/ online).

            Artikel berbeda dengan opini ataupun esai. Dalam dunia jurnalistik, yang diutamakan dalam opini adalah pendapat, gagasan, atau ide pribadi penulis. Sedangkan dalam artikel, pendapat penulis dituangkan dengan analisis berdasarkan data, fakta dan referensi serta data bandingan. Analisis dalam artikel tersebut pada gilirannya mengajak pembaca untuk mengambil kesimpulan sendiri.  Sementara itu, esai dapat juga dikatakan sebagai artikel. Namun, esai ditulis dengan mengambil sudut pandang dari berbagai disiplin ilmu, esai memiliki subjektivitas yang khas dari penulisnya. Seorang penulis esai dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan menyeluruh atas topik yang diangkatnya.

            Artikel mengulas suatu permasalahan secara lugas. Penulisannya tidak terlalu memperhatikan variasi gaya dan keindahan bahasa. Artikel ditulis secara efekif untuk menyampaikan gagasan, meyakinkan, mendidik, maupun menghibur. Yang penting dalam artikel adalah susunannya rapi, hemat kata-kata, dan isinya benar-benar faktual dan tidak mengada-ada. Kode etik penulisan jurnalistik juga harus diperhatikan seperti tidak menyinggung SARA dan tidak berbau pornografi.


Langkah-Langkah Menulis Artikel

            Ada dua pola umum penulisan artikel, yakni pola penulisan induktif dan deduktif. Penulisan induktif dilakukan dengan mengangkat terlebih dahulu hal-hal khusus berkaitan dengan topik. Setelah itu, kesimpulan ditarik sebagai suatu gagasan bersifat umum dari hal-hal khusus yang telah dijelaskan sebelumya. Sementara itu, penulisan deduktif memberikan terlebih dahulu gambaran umum dari suatu topik atau permasalahan. Gambaran umum ini dijadikan simpulan dari hal-hal khusus yang dijelaskan setelahnya.

            Terlepas dari pola mana yang akan digunakan, seorang penulis artikel harus memperhatikan hal-hal berikut untuk menulis artikel.
a. Sumber-sumber permasalahan publik. Ini dapat dijadikan topik dalam artikel. Permasalahan-permasalahan tersebut harus disorot terlebih dahulu. Lalu dilihat, dari sudut pandang mana permasalahan itu akan diulas.
b.   Ide aktual dan informatif. Ide sangatlah penting karena merupakan nilai informasi sentral yang akan disampaikan pada pembaca. Dari sini pembaca dapat memperoleh wawasan dan pandangan baru. Ide ini ditujukan untuk memberikan solusi alternatif atas permasalahan di masyarakat. selain itu, dari ide juga dapat diciptakan istilah-istilah baru yang tidak menyalahi kaidah bahasa.
c.  Kebenaran fakta yang dapat dipercaya. Penulis artikel tidak boleh terjebak pada isu atau rumor yang tidak jelas kebenarannya dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penulis harus benar-benar yakin terhadap data dan fakta tersebut. Semua fakta dan data yang diragukan kebenarannya mesti dikaji ulang terlebih dahulu sebelum dijadikan bahan tulisan.
d. Gaya tulisan yang memikat. Meski penulisan artikel bersifat lugas, bahasa yang digunakan harus dapat menarik minat pembaca. Tidak ada aturan baku mengenai hal ini. Setiap penulis memiliki gaya tulissan yang berbeda-beda. Begitu juga setiap media mempunyai langgam bahasa yang berbeda pula. Semua ditujukan agar pembaca tidak bosan. Gaya bahasa yang renyah dan enak dibaca akan membuat pembaca tidak sungkan untuk melahap artikel tersebut hingga tandas.

Jika semua prinsip tersebut dapat dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa artikel tersebut sudah lengkap. Tinggal bagaimana menyiasatinya agar dapat dimuat di media yang akan kita tuju. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tiap media punya kebijakan redaksional masing-masing. Perhatikanlah substansi artikel yang ditulis, apakah sesuai atau tidak dengan visi misi media tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan membaca artikel-artikel yang telah dimuat sebelumnya. Biasanya, “kemauan” suatu media dapat dilihat dari bagaimana artikel yang dimuatnya. Hal-hal teknis seperti jumlah kata dan EYD juga penting untuk diperhatikan. Jangan sampai, hanya karena kelebihan jumlah kata atau kesalahan cetak membuat artikel yang substansinya sudah bagus tidak jadi dimuat.

Menulis, baik artikel atau tulisan apa pun itu merupakan kerja hati dan pikiran. Semua butuh latihan dan pembiasaan. Tetaplah menulis meski artikel Anda ditolak oleh redaktur. Semakin banyak menulis, semakin Anda terbiasa mengelola ide dan menyampaikannya sebagai gagasan alternatif dalam menyelesaikan masalah. Keep Writing, Thinking, and Fighting !
 

0 komentar:

Posting Komentar